Sepuluh tahun lalu mungkin Anda bisa memasalahkan rem mobil yang masih teromol, belum cakram. Atau juga mengeluhkan kurang pakemnya rem di saat darurat. Sekarang hal itu bukan lagi isu utama.
Kemampuan peranti pengereman tidak lagi diukur dari berapa kuat ia melambatkan putaran roda. Lebih dari itu, rem masa kini dituntut untuk memiliki kecerdasan bagai robot. Di berbagai keadaan, fungsinya harus digandakan sekaligus sebagai penopang kenyamanan dan stabilitas berkendara total.
Sebagai pemilik, tentu saja Anda berhak tahu sepintar apa rem mobil Anda. Memaksimalkan fungsinya dapat membuat perjalanan makin menyenangkan dan aman. Berikut kami kupas beberapa teknologi rem yang sudah bisa dinikmati konsumen.
ABS
Pengereman keras hingga roda berhenti sementara mobil masih melaju, membuat kendaraan tidak terkendali sama sekali. Di sinilah ABS (anti-lock braking system) unjuk gigi.
Ketika sensornya mendeteksi ada roda mengunci, ia akan memerintahkan piston rem untuk mengendurkan tekanan, lalu mengeraskannya kembali begitu roda berputar.
Proses itu berlangsung sangat cepat – bisa mencapai 15 kali per detik. Efeknya, mobil tetap dapat dikendalikan dan jarak pengereman makin efektif.
EBD
Electronic brake-force distribution (EBD) membantu ABS menjalankan tugasnya. Alat ini akan mendeteksi ban mana yang sudah kehilangan traksi, selanjutnya tenaga pengereman akan diarahkan ke ban yang masih memiliki cengkeraman.
Proses pengereman pun makin stabil karena daya cengkeram di tiap ban menjadi seimbang.
BA
Anda tak perlu berotot besi untuk mengoperasikan rem sekeras mungkin. Ketika pedal rem baru saja diinjak dengan cepat, BA alias brake assist serta merta membantu menambah tekanan rem ke titik maksimal – tak perlu sampai injakan penuh. Tentu saja BA baru aman digunakan jika ada ABS di sampingnya.
SBC
Mercedes-Benz mengembangkan sistem SBC (Sensotronic Brake Control) untuk kenyamanan pengemudinya. Selain menyesuaikan tekanan piston rem sesuai ritme pijakan pedal, SBC juga dapat membuat kemacetan terasa tak melelahkan.
SBC-H (Hold) berperan menginjak terus rem ketika mobil berhenti – membuat Anda tak perlu menarik rem tangan. Sedang SBC-S akan melambatkan mobil hingga berhenti ketika gas dilepas. Dalam pemakaian normal, kemacetan bisa dilalui tanpa menekan pedal rem.
HDC
Fitur ini biasanya dimiliki SUV modern. Kependekan dari hill descent control, HDC berfungsi menjaga kecepatan mobil di turunan. Apapun jenis turunan yang dilalui, HDC membuat kecepatan mobil tak lebih dari 5-10 km/jam – tergantung kecuraman. Hal ini sangat membantu mobil agar tetap terkendali di kondisi ekstrem.
Stand-by Brake
Pada model Seri-3, BMW menerapkan sistem ini. Cara kerjanya simpel, ketika pedal gas diangkat mendadak, kampas rem akan didekatkan ke piringan cakram. Jadi, ketika pedal rem diinjak sedikit saja, rem pun dengan sigap bekerja.
Stability control
Meski bernama cukup keren, sebenarnya stability control juga menggunakan rem sebagai ujung tombak dalam menjalankan fungsinya. Ketika mendeteksi ada ketidakberesan stabilitas mobil – seperti spin berlebihan atau melintir, sistem ini akan mengatur tenaga mesin.
Dalam hitungan mikrodetik, stability control langsung mengerem tiap ban dengan tekanan berbeda-beda – dengan maksud mengubah arah mobil jika diperlukan. Jadi, dalam keadaan melintir paling parah pun, tanpa perlu kepiawaian pengemudi sistem ini akan menghilangkan gejala itu dalam sekejap.
Kemampuan peranti pengereman tidak lagi diukur dari berapa kuat ia melambatkan putaran roda. Lebih dari itu, rem masa kini dituntut untuk memiliki kecerdasan bagai robot. Di berbagai keadaan, fungsinya harus digandakan sekaligus sebagai penopang kenyamanan dan stabilitas berkendara total.
Sebagai pemilik, tentu saja Anda berhak tahu sepintar apa rem mobil Anda. Memaksimalkan fungsinya dapat membuat perjalanan makin menyenangkan dan aman. Berikut kami kupas beberapa teknologi rem yang sudah bisa dinikmati konsumen.
ABS
Pengereman keras hingga roda berhenti sementara mobil masih melaju, membuat kendaraan tidak terkendali sama sekali. Di sinilah ABS (anti-lock braking system) unjuk gigi.
Ketika sensornya mendeteksi ada roda mengunci, ia akan memerintahkan piston rem untuk mengendurkan tekanan, lalu mengeraskannya kembali begitu roda berputar.
Proses itu berlangsung sangat cepat – bisa mencapai 15 kali per detik. Efeknya, mobil tetap dapat dikendalikan dan jarak pengereman makin efektif.
EBD
Electronic brake-force distribution (EBD) membantu ABS menjalankan tugasnya. Alat ini akan mendeteksi ban mana yang sudah kehilangan traksi, selanjutnya tenaga pengereman akan diarahkan ke ban yang masih memiliki cengkeraman.
Proses pengereman pun makin stabil karena daya cengkeram di tiap ban menjadi seimbang.
BA
Anda tak perlu berotot besi untuk mengoperasikan rem sekeras mungkin. Ketika pedal rem baru saja diinjak dengan cepat, BA alias brake assist serta merta membantu menambah tekanan rem ke titik maksimal – tak perlu sampai injakan penuh. Tentu saja BA baru aman digunakan jika ada ABS di sampingnya.
SBC
Mercedes-Benz mengembangkan sistem SBC (Sensotronic Brake Control) untuk kenyamanan pengemudinya. Selain menyesuaikan tekanan piston rem sesuai ritme pijakan pedal, SBC juga dapat membuat kemacetan terasa tak melelahkan.
SBC-H (Hold) berperan menginjak terus rem ketika mobil berhenti – membuat Anda tak perlu menarik rem tangan. Sedang SBC-S akan melambatkan mobil hingga berhenti ketika gas dilepas. Dalam pemakaian normal, kemacetan bisa dilalui tanpa menekan pedal rem.
HDC
Fitur ini biasanya dimiliki SUV modern. Kependekan dari hill descent control, HDC berfungsi menjaga kecepatan mobil di turunan. Apapun jenis turunan yang dilalui, HDC membuat kecepatan mobil tak lebih dari 5-10 km/jam – tergantung kecuraman. Hal ini sangat membantu mobil agar tetap terkendali di kondisi ekstrem.
Stand-by Brake
Pada model Seri-3, BMW menerapkan sistem ini. Cara kerjanya simpel, ketika pedal gas diangkat mendadak, kampas rem akan didekatkan ke piringan cakram. Jadi, ketika pedal rem diinjak sedikit saja, rem pun dengan sigap bekerja.
Stability control
Meski bernama cukup keren, sebenarnya stability control juga menggunakan rem sebagai ujung tombak dalam menjalankan fungsinya. Ketika mendeteksi ada ketidakberesan stabilitas mobil – seperti spin berlebihan atau melintir, sistem ini akan mengatur tenaga mesin.
Dalam hitungan mikrodetik, stability control langsung mengerem tiap ban dengan tekanan berbeda-beda – dengan maksud mengubah arah mobil jika diperlukan. Jadi, dalam keadaan melintir paling parah pun, tanpa perlu kepiawaian pengemudi sistem ini akan menghilangkan gejala itu dalam sekejap.
Penulis : Fitra Eri (www.autobildindonesia.com)
Beberapa mobil keluaran TOYOTA telah menggunakan teknologi ABS + EBD + BA
Informasi produk, harga, pemesanan, hubungi:
Taufik Anggoro S
Wiraniaga Auto2000 Jakarta
sms/telp : 087887752000 / 081361660066 / 021 - 96756606
Tidak ada komentar:
Posting Komentar